Boo Sticking Out Tongue

Thursday, April 7, 2016

Hutan Aokigahara Lokasi Bunuh Diri Di Jepang





Aokigahara dikenal sebagai Hutan Bunuh Diri karena tingginya jumlah orang yang memutuskan bunuh diri di hutan 35 kilomtere persegi ini. Menurut data statistik, sejak tahun 1988, sudah tercatat sekitar 100 kasus bunuh diri terjadi di hutan Aokigahara setiap tahun. Pada tahun 2005, 105 mayat ditemukan di dalam hutan. Jumlah ini melebihi rekor tahun sebelumnya, 78 mayat. Pada tahun 2004, 108 orang memutuskan bunuh diri di hutan iu. Lalu pada tahun 2010, 247 orang mencoba bunuh diri di Aokigahara. Dari jumlah tersebut, 57 diantaranya berhasil. Bulan panen bunuh diri diperkirakan sekitar Maret, saat akkhir tahun fiskal di Jepang. Menurut data 2011, cara yang paling populer adalah gantung diri di pohon dan overdosis obat terlarang.

Aokigahara memiliki tingkat kepadatan pepohonan yang tinggi sehingga menghalangi angin. Kehidupan alam liar pun tidak nampak di hutan ini, membuat suasana hutan mencekam. Menurut legenda, hutan ini menjadi tempat bersemayam Yurel, arwah yang marah. Jalanan hutan terdiri atas batu vulkanik dan sulit ditembus dengan alat seperti cukil dan sekop. Terdapat sejumlah jalan tikus yang kadang digunakan relawan okal saat mengevakuasi korban bunuh diri. Belakangan ini, para pejalan kaki dan turis yang melintasi Aokigahara membentangkan tali plastik sebagai tanda jalan yang merka lalui agar tidak tersesat.

Banyak yang menduga hutan ini menjadi populer setelah muncul sebagai latar dalam novel terbutan 1960, Kuro Jakai (Lautan hitam Pepohonan) karya Seicho Matsumono. Sesungguhnya, sejarah bunuh diri di hutan yang menyandang gelar "Tempat yang Bagus untuk Mati" ini sudah ada sebelum novel itu terbit. Selain itu, Aokigahara telah lama dikaitkan dengan hal-hal berbau kematian. Ubasute kemungkinan dilakukan di hutan ini pada abad ke-19.

Untuk mengurangi tingginya angka akibat bunuh diri, pihak berwenang memasang tanda-tanda, baik dalam bahasa Jepang maupun Inggris. Tanda-tanda itu berisi imbauan bagi calon korban untuk memikirkan kembali tindakannya. Bahkan ada pula yang berisi saran untuk menemui polisi sebelum memutuskan bunuh diri atau lembaga konsultasi spesialis bunuh diri. Selain itu, pihak kemanan hutan memasang kamera kemanan di jalan masuk hutan untuk melacak setiap orang yang masuk. Setiap tahun dilakukan pencarian korban secara rutin oleh polisi, relawan dan jurnalis sejak tahun 1970.

No comments :

Post a Comment